Beranda | Artikel
Tiga Golongan Manusia
1 hari lalu

Tiga Golongan Manusia merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Anas Burhanuddin, M.A. dalam pembahasan Washaya wa Taujihat Fi Fiqhi at-Ta’abbud Li Rabbi al-Bariyyat. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 28 Dzulhijjah 1446 H / 24 Juni 2025 M.

Kajian Tentang Tiga Golongan Manusia

Seseorang hendaknya senantiasa bertawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, menggantungkan seluruh urusan kepada-Nya, serta berlindung kepada-Nya dari kesesatan dan dari dicabutnya hidayah di tengah kehidupan. Berdoalah agar tidak berjumpa dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala kecuali dalam keadaan iman dan takwa. Hal ini adalah praktik dan teladan para nabi dan rasul.

Namun memang karena kurangnya ilmu, karena rendahnya takwa dan iman, akhirnya kita sering lupa dengan hakikat ini. Jadi kalau para nabi dan rasul mereka tidak pernah merasa aman dari kemusyrikan dan kesesatan kemudian mereka senantiasa tawakal dan menunjukkan kebutuhan mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala itu adalah karena kesempurnaan ilmu dan amal mereka.

Karenanya semakin tinggi kedudukan seseorang di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka dia akan semakin merasa butuh kepada Allah. Semakin mulia kedudukan seseorang di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka dia akan semakin merasa takut dan khawatir. Dan itulah yang sudah di capai oleh para nabi dan rasul

Mereka adalah orang-orang yang paling mulia dalam agama dan ketakwaan. Karena itulah, mereka paling takut dan khawatir terhadap keadaan agama mereka. Mereka senantiasa memikirkan apakah dapat tetap istiqamah di atas agama Allah Subhanahu wa Ta’ala atau tidak.

Sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Rajab Al Ḥanbali Rahimahullahu dalam Jami‘ al-‘Ulum wa Al Hikam, beliau berkata: “Sesungguhnya hati-hati para abrar (orang-orang yang baik) senantiasa bergantung pada khatimah (akhir kehidupan mereka). Bagaimana akhir hayatku nanti? Sedangkan hati-hati para muqarrabun (orang-orang yang didekatkan Oleh Allah) senantiasa bergantung kepada sawabiq (takdir). Apa yang menjadi ketentuan dari Allah untuk kami?”

Dan khatimah memiliki kedudukan yang tinggi. Bahkan yang dijadikan patokan dalam amalan, yang dijadikan patokan dalam kehidupan kita adalah akhirnya bagaimana kita bisa mengakhiri hayat kita dengan tetap beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan meninggal dalam keadaan beramal shalih itulah husnul khatimah.

Jadi kalau ada orang yang baik  sepanjang hayatnya kemudian di akhir hayatnya dia berpaling kemudian dia meninggal di atas kekufuran dan keluar dari Islam, maka yang dijadikan patokan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah akhir hayatnya. Maka ini yang membuat para abrar  (orang-orang yang baik) selalu memikirkan bagaimana akhir hayatku nanti.

Mereka (para abrar) selalu memikirkan khatimah mereka akan seperti apa dan berusaha untuk husnul khatimah dan terhindar dari su’ul khatimah. Husnul khatimah adalah akhir hayat yang baik, sedangkan su’ul khatimah adalah akhir hayat yang buruk. Mereka berharap husnul khatimah, memintanya, mengupayakannya, dan juga mereka menghindari su’ul khatimah, berdoa kepada Allah untuk dihindarkan darinya, dan juga ikhtiar berusaha untuk menghindari amalan-amalan buruk agar jangan sampai amalan buruk itu menjadi akhir amalan kita di dunia.

Sedangkan orang-orang muqarrabun yang kedudukannya lebih tinggi daripada abrar. Orang-orang muqarrabun dipilih untuk menjadi hamba-hamba terdekat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, perhatian mereka tidak hanya pada khatimah. Mereka selalu memikirkan dan terbayang-bayang oleh sawabiq, yaitu takdir mereka di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Apa yang sudah menjadi ketentuan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mereka? Akankah mereka masuk surga atau justru malah masuk neraka? inilah yang menjadi beban pikiran para muqarrabun.

Mereka mengatakan: ”Apa yang telah Allah tuliskan untuk kami? Catatan amal apa yang telah Allah takdirkan untuk kami? Apakah kami merupakan penghuni surga yang kemudian Allah catatkan amalan-amalan surga? Atau malah menjadi penghuni penghuni neraka yang kemudian Allah catatkan amalan-amalan buruk dan amalan-amalan penghuni neraka.”

Jadi, hati orang-orang abrar (yang baik) senantiasa memikirkan: Apakah aku akan meraih husnul khatimah atau su’ul khatimah? Sedangkan hati orang-orang muqarrabiīn (yang didekatkan kepada Allah), mereka terus terbebani oleh pikiran yang lebih dalam. Hati mereka senantiasa bertanya: Apa yang menjadi takdirku? Apakah aku termasuk penduduk surga atau penduduk neraka?

Yang dimaksud oleh Ibnu Rajab Rahimahullah adalah bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah membagi hamba-hamba-Nya menjadi tiga kategori.

Tiga Golongan Manusia

Pertama, orang-orang yang dzalim yaitu para fujjar, pelaku maksiat yang banyak mendzalimi diri mereka sendiri. Allah Subhanahu wa Ta’ala berifrman:

كَلَّا إِنَّ كِتَابَ ٱلۡفُجَّارِ لَفِي سِجِّينٍۢ

“Sekali-kali tidak! Sesungguhnya kitab (catatan amal) orang-orang yang durhaka itu benar-benar (tersimpan) dalam sijjīn.” (QS. Al-Muṭaffifīn [83]: 7)

Kedua, orang-orang yang muqtasid, yaitu golongan pertengahan, disebut juga sebagai abrar orang-orang baik. Mereka berada di tengah, yaitu antar para fujjar (di bawah), dan para muqarrabun (di atas). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

كَلَّآ إِنَّ كِتَٰبَ ٱلۡأَبۡرَارِ لَفِي عِلِّيِّينَ

“Sekali-kali tidak! Sesungguhnya kitab (catatan amal) orang-orang yang berbakti benar-benar (tersimpan) di ‘Illiyyīn.” (QS. Al-Muṭaffifīn [83]: 18)

Ketiga, orang-orang yang sābiqūn bil-khayrat, mereka yang unggul dan maju dalam kebaikan serta amal shalih. Mereka adalah yang paling atas derajatnya, yaitu para muqarrabin hamba-hamba pilihan Allah Subhanahu wa Ta‘ala yang didekatkan kepada-Nya. Mereka juga disebut sebagai sabiqun, orang-orang yang mendahului dan memenangkan perlombaan dalam kebaikan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

عَيْنًا يَشْرَبُ بِهَا ٱلْمُقَرَّبُونَ

“Mata air (khamar itu) adalah dari tasnīm, yang diminum oleh orang-orang yang didekatkan (kepada Allah).” (QS. Al-Muṭaffifīn [83]: 28)

Di dalam surah lain Allah juga berfirman tentang 3 golongan ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَكُنتُمْ أَزْوَاجًۭا ثَلَـٰثَةًۭ ۝ فَأَصْحَـٰبُ ٱلْمَيْمَنَةِ مَآ أَصْحَـٰبُ ٱلْمَيْمَنَةِ ۝ وَأَصْحَـٰبُ ٱلْمَشْـَٔمَةِ مَآ أَصْحَـٰبُ ٱلْمَشْـَٔمَةِ ۝ وَٱلسَّـٰبِقُونَ ٱلسَّـٰبِقُونَ ۝ أُو۟لَـٰٓئِكَ ٱلْمُقَرَّبُونَ

“Dan kamu (manusia) menjadi tiga golongan, yaitu golongan kanan (orang yang mendapatkan catatan amalnya dengan tangan kanan), Dan golongan (orang yang mendapatkan catatan amalnya dengan tagan kiri), Dan orang-orang yang paling dahulu (dalam beriman dan beramal), merekalah orang-orang yang paling dahulu (mendapat kemuliaan), Merekalah orang-orang yang didekatkan (kepada Allah).” (QS. Al-Wāqi‘ah [56]: 7–11)

Dalam dua surah ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan kepada kita bahwa seluruh umat manusia tidak terlepas dari tiga golongan.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak kajian yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Kajian Permohonan dengan Kerendahan Hati


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/55285-tiga-golongan-manusia-2/